Rabu, 29 April 2015

Aku

Mungkin aku hanya titik hitam di hatimu yang putih
Berkelana, mencoba memberi makna
Tentang sedih, susah, senang - cinta

Kamu

Gambaran itu selalu bawa aku pada mu
Pada kenyataan dan lamunan
Ntah sedih pun senyum yang tiba

Serenity

Kau lihat perahu di sana?
Bersandar tenang dipelukan pesisir
Bersama air dan pasir putih
Menunggu malam dan nelayan
Menanti untuk berarti


Kita

Biarlah bayang ku merasuk di hati
Pun sebaliknya
Saat kita bertemu,
Ku cumbu kau di sana

Aku

Tak ingin ku sekedar menatap mu dalam bayang

Ketika hujan membawa sepi

Lalu, siapa kini harus ku dapati?

Di simpang jalan

Kau tau? Ada berapa pasang mata di bumi ini?
Adakah yang menatap walau sekilas?

Cuaca

Jadi?
Bagaimana dengan cuaca?
Apakah akan lebat malam ini?
Atau.., cuma sekedar berawan?
Asalkan tidak seperti kemarin
Saat hujan membawa kamu pergi

Selasa, 28 April 2015

Embun

Nanti jika panas datang
Bilang saja aku tiada
Tak ingin ku legam karenanya
Atau sekedar perih dibuatnya
Biar sejuk embun pagi yang mengantar ku 
Membawa damai dalam benak mu 
Supaya kamu tidak lupa aku

Lamunan saat hujan

Apa aku sedang dalam benak mu?
Saat hujan dan tangannya menyentuhmu
Saat kamu dibuat basah olehnya
Hingga kering dan renta itu tiba?

Some voices

Seems like long time ago 
Lonelyness come when the stars is coming
Facing this world like an alien
Like no one there walk in the right ways
Just me and my self
With the moon..., sometimes...



Lamunan

Sepi ini membawaku pada sebuah dunia
Saat indah begitu terasa
Musuh pun terasa nyata
Berperang dalam sebuah arena

Palu

Di tanah ini ku dapati pesisir indah membentang
Ku nikmati rekaman gambar indah yang bisa ku dapat dari tiap sudutnya
Di sisi lain ku dapati juga senyum menyapa
Gadis desa, oma dan opa
Sering ku dapati juga yang tidak ku ingin
Gema reruntuhan bukit karena ulah mesin
Membawa suasana lain di hati


Senin, 27 April 2015

Hangat

Senyum mu masih seperti kemarin

Minggu, 26 April 2015

Disapa rindu

Ketika fajar tiba dan menjadi terang,
Ku sadari itu sebuah keajaiban yang telah Dia ciptakan. 
Begitu pun kala ia terbenam dan kita ditaburi bintang. 
Di sini, di dunia ini, keajaiban yang indah menyelimuti kita.
Ku ingin kamu selalu di sisi saat keajaiban yang lain tiba. 


Mimpi

Dalam dunia lelap mu,
Ku ingin ada cerita indah kau lihat di sana
Dunia dimana kamu bisa tersenyum tiap saat
Dunia yang tanpa beban
Ku berharap juga di sana

Selasa, 21 April 2015

Ego

Bersama vespa tua itu.., 
Ku ingin memberi kenangan indah
Tentang tempat ini
Dimana aku tertambat
Biar di sel-sel otak ku yang sudah mulai pikun dan renta
Bisa terputar kembali, tentang saat-saat indah itu
Yang pasti ku bayangkan dengan mendalam, saat ku harus bersama waktu
Tentang makna pertemuan kita
Tentang saat indah atau kadang menyakitkan
Tapi aku tidak peduli;
Ku hanya ingin memberi suatu yang terbaik,
Walau mungkin hanya menjadi kenangan
Tapi ku tetap berharap atas mimpi yang telah ku sampaikan



Lamunan

Tak sabar ku menanti malam
Mata ini rindu sinar bintang
Hati ini rindu suasana remang
Yang beri kehangatan

Melamun

Tersentak aku karena senyum kamu semalam

Senin, 20 April 2015

Di ruang tunggu

Kotak ini begitu menyiksa
Tembok yang menatap di empat sisi
Muka-muka datar kadang sibuk sendiri
Dengan dunia yang di luar sana

Pun aku,
Sibuk bayangkan mu

Minggu, 19 April 2015

Di warung kopi

Andai semua mudah untuk dikatakan,
Biar ku ceritakan tentang semua impian,
Tentang kamu bersama manis kopi ini.
Saat itu ku cuma ingin kau berkata 'ya!!!'

Sabtu, 18 April 2015

Ruang tunggu

Dari sudut ruang ini,
Aku menatap kamu dalam angan
Di tengah malam yang tenang
Yang membawaku larut dan tenggelam

Dari sudut ruang ini, 
Ku lampiaskan rindu ku
Bersama waktu yang tak menipu
Walau hanya ku lihat bayang mu

Sampai ketika raga yang bicara
Terlelap ku di ruang tunggu

Bila

Ketika sang waktu tiba,

Biarlah ia berbicara
Tentang segala rasa
Yang berkecamuk dalam raga

Biarkan ia bicara tentang impian
Tentang harapan tiap insan
Sampai akhir sebuah keputusan

?

Lantas apa yang bisa disalahkan?
Atau karena waktu telah sajikan kejenuhan?



Kamis, 16 April 2015

Memori

Teringatku pada nyanyian burung di pantai itu
Yang sesekali menukik tajam tangkap mangsanya
Di sebuah tempat yang damai dan tenang
Hangat, diselingi lembut belaian bayu
Andai saat itu kau bersamaku

Sepi

Di tepi laut ini,
Riak air berbunyi menyapa
Bergantian kemudian hilang
Mengisi sepi yang datang
Dan sering tak mau pergi

Bintang

Di sini aku mencoba menatap bintang
Senyumnya tersembunyi di balik awan
Kelam ku harap cepat tersingkap
Cuma senyum yang saat ini ku harap

Di ruang tunggu

Angin ini begitu terasa
Membawa udara lembab
Membuat..., pliket...!!!
Tapi inilah adanya
Seperti hari kemarin
Yang mengisi kekosongan
Di sebuah ruang tunggu
Yang sering membosankan

Mumet

PudoyxoyxirairqirLgxlcor
Oyxogxizirzuxogxogx $0):".@).@
0$,0)/4"),"$,08?70?

Rabu, 15 April 2015

Di ruang tunggu

Ingin ku hentikan waktu
Saat kita berada di surga
Dan ku biarkan kau menari

Udin lapar

Suara bergemuruh itu terus terdengar
Lamunannya membawa tetes liur yang tidak kunjung henti
Bersamaan dengan itu, ku lihat rahangmu naik turun

Kamu

Ingin ku menuliskan sebuah sajak manis
Tentang indah yang tak terlukis dengan sekedar kata
Pun itu tidak sanggup untuk menggambarnya
Karena kamu lebih indah dari sekedar kata

Sisa

Ada dan tiada
Semua adalah hampa
Ketika semua kembali pada Nya
Dunia hanya sisa
Sejarah yang manis atau kelam


Bukan untuk saya

Puisi indah mu begitu menyayat hati
Kata indah itu tak sanggup tuk di dengar
Tak ingin ku mencerna makna dalamnya


Rancu

Rancu ku melihat dunia ini
Ketika banyak orang mudah lupa
Tentang kemarin yang belum usai
Tentang masalah yang kian tertambah
Terlalu banyak kata-kata
Banyak ide yang jadi cerita
Tiada pernah menjadi nyata

Di kota

Bersama tiga anak kamu terbaring di trotoar
Berbekal kardus kamu berusaha nyaman
Apa yang sedang kamu cari?
Bahagia, kerja, atau...?
Bagaimana dengan di desa?
Tempat asal mu yang hijau di sana
Apakah sawah mu telah terampas?

Lukisan

Di hati ku telah terlukis
Tentang rupa menawan yang sulit terlupa
Dengan pigura mewah menempel bercahaya


Tanpa kata

Tak sanggup memandang mata itu
Kala ia berbicara dengan sendu
Tanpa kata ia berkata
Tentang rasa yang mungkin hilang
Atau akan tertahan
Tentang rindu dan cinta
Tak sanggup ku memandang mata mu
Saat ia bercerita tentang kegelisahan
Tentang masa yang mungkin tak bersama
Dalam hati ku pun cuma berkata
Ku pun ingin ada saat selalu bersama

Senin, 13 April 2015

Di ruang tunggu

Kamu kah si pencuri itu?
Yang mengambil hangatnya senja 
Dan kau pajang di kamar tamu mu
Agar semua yang datang melihatnya

mimpi

sebuah perjalanan telah ku rencanakan
ke tempat indah tuk istirahat sesaat
bercerita kita bersama di alas pasir putih
dan debur ombak yang menyapa silih berganti
seperti biasa kamu akan membawa roti
penuh rasa yang tak kan habis jika kita bahas
bersama angin, kamu datang di pelukan
terlelap dalam damai yang hangat
dan biarlah ku membelai lembut rambutmu
pandangi wajah manismu di bawah hangat mentari
saat itu terjadi jagalah aku tuk tetap terlelap

Minggu, 12 April 2015

Mentari

Apalah arti senja ini
Jika hanya ku nikmati sendiri
Tanpa kamu di samping ku

sedikit tentang kamu

bagaimana mungkin aku bisa melupakan kamu 
yang beri hangat dan buat lupa dunia
yang berikan kecupan nakal penuh rasa

Hakekat

jerit derita itu masih terus terngiang dalam benakku
membuat gelisah saat ku mengingatnya
asal kau pun tidak pasrah
ku dampingi kamu melawan luka

hakekat

sentuhan mu begitu dinantikan

untuk mereka yang tidak mengerti kenapa mereka ada
mereka yang dengan tangan kusamnya menyuap makanan
mereka yang tanpa alas kaki kesana-kemari melawan aspal
mereka yang akan tersenyum saat kau menyapanya
mereka yang selalu bergurau tuk lupakan derita

tentang bagaimana seharusnya mereka ada
tentang bagaimana seharusnya kamu pun ada
tentang bagaimana seharusnya seorang manusia
ada dan utuh tanpa cela



Kamu

Seringkali buatku terlupa
Tentang bebanku terhadap dunia
Melayang di atas angan

Di ruang sebelah

Adakah saat ini akan ada lagi esok
Saat dimana kau buat aku melayang
Saat kau buat aku terdiam 
Saat ku terpaku karena senyummu
Saat senyum nakal ini buat kamu tunduk malu
Aah... Indah... 

Kangen

Aaaah.... Kamu... :)

Toleransi

Kawan lama yang telah lama mati

Di ruang tunggu

Ruang tunggu ini kembali membawaku pada sebuah lamunan tentang kita
Tentang semua gelak tawa dan sedih yang kita rasa
Tentang takut hati hadapi gulir waktu yang hendak menggilas kita
Tentang impian demi impian yang membuat kita senyum bersama
Tentang asmara yang penuh gejolak dan rindu yang tak bisa diduga





Di ruang tunggu

Duhai mentariku,
Saat ini aku hanya berharap menjadi sebuah bayang
Yang selalu ada jika engkau ada
Saat gelap adalah deritaku menanti kau kembali

Saat itu biarlah ku kenang saat indah
Dan dan cumbu rayu apa yang akan kita buat berikutnya

Sabtu, 11 April 2015

Di ruang tunggu

Rinduku saat hangat menyapa
Ketika rombongan gadis desa melintas
Lalui lorong sepi memberi warna
Bersama sapi yang melenguh

Di ruang tunggu

Lalu?
Bagaimana dengan masa depan?
Apakah kau bisa menerkanya?
Pula dengan rindu dan cinta?


Jumat, 10 April 2015

Ruang tunggu

Bagaimana bisa ku pejam mata ini
Jika bayang mu selalu datang

Kamis, 09 April 2015

Di ruang tunggu

Alunan gitar mulai hambar
Diiringi nyanyian sang penyamun 
Dalam sebuah penantian

Dalam sunyi

Biarlah ku tetap membayangimu
Hanya jika kamu nyaman dengan itu
Walau tak kasat namun terasa


Rabu, 08 April 2015

Mimpi

Saat ku terpejam
Biar anganku tetap bersama mu
Bercumbu kita membunuh sang waktu

Lilin

Ketika sang lilin mencair
Tiada jerit luka terucap
Hanya tersisa kenangan indah
Saat kita bersamanya

Janji sang katak

Janjiku tuk kembali
Jika waktu memberi
Satu ingin ku saat itu tiba
Kita bisa bersama

Jika waktu berucap lain
Biarlah ku sendiri
Menikmati bersama angin
Juga sang mentari

Dari kejauhan, 
Janjiku kan menatapmu
Berdoa tentang bahagia
Dan ku berusaha rela






Suatu saat

Suatu saat,
Ku ingin bisa menghilang
Dari segenap beban cinta
Yang terus merasuk jiwa
Untuk harus berbuat dan tidak

Biar jiwaku tetap ada
Untuk mereka dan semua
Mereka yang percaya
Mereka yang ku cinta

Sepi

Seperti biasa setelah senja
Sepi kembali datang menghampiri
Dengan santun menyajikan pertanyaan 
Meminta jawaban yang tiada pasti

Bersamanya sering ku lalui
Bincang dan dendang
Pun cuma di hati
Yang penuh pertanyaan

Seringkali diskusi kami tak berujung
Akhirnya kenyataan yang menjawab






Selasa, 07 April 2015

Lapangan

Hanyut aku terbawa
Larut dalam lamunan
Tentang indah yang terasa
Yang melebur dalam perasaan

Nanti, esok,....

Bersama bintang,
Ingin ku selalu mendengar
Bisikan lembut dan manja
Begitu pun aku menjawabnya


Ehem...

Seperti apa esok terjadi
Biar tetap jadi misteri
Harap tetap hangat 
Tiada kelam terasa
Di hati ku
Di mata mu

Atmosfir

Sunyi di gegap gempita
Gelap bertabur pelita
Hingar bingar musik kota
Bermadah sajak derita

Senin, 06 April 2015

Edelweis

Ingin ku kau terus tumbuh dan ada
Abadi dan terus berbunga
Dengan misteri yang tetap terjaga
Hingga saat sua ku tetap terpana

Ingin ku kau terus tumbuh dan ada
Pancarkan indah hangatkan sukma

Syukur

Tuhan, bintang Mu telah menaburiku dengan cinta
Sungguh ku takjub dengan itu
Mentari Mu selalu beriku kehangatan
Syukur ku untuk itu

Tuhan, yakin ku selalu indah yang Kau berikan
Walau kadang tertutup awan kelam
Hangat dan cinta itu masih terasa

Saat-saat

Ingatkah kamu saat itu? 
Cerita tentang hakekat?
Yang seharusnya dan bagaimana?
Seringkali menyakitkan ketika bertemu dengannya.

Lantaran satu dan lain hal

Dalam sepi ruang ini
Satu dengan yang lain coba terus mengisi
Tentang arti eksistensi
Dimana seharusnya aku berdiri

Luang yang ada menggelisahkan
Tentang kenapa, apa dan siapa
Alunan musik bawa ku kembali
Dimana seharusnya ku berdiri



Minggu, 05 April 2015

Ngantuk

Diamku bersama angin
Di bawah pohon kayu hitam
Menunggu... 

Kenangan

Sudah lama ku tak tahu kabarmu
Cuma sekelumit kisah yang bisa ku lihat dan ku dengar
Cerita orang tentang kamu
Catatan kecil tentang kamu

Yang ku tahu kamu hebat,
Kobar semangatmu begitu menyengat
Kekuatan tulus tiada batas
Tentang hakekat hidup bermasyarakat

Bagaimana kabarmu di sana?

Di sini, aku memanutimu dan ku yakin banyak yang lain
Rindu ku dengar suara kasarmu memaki tirani
Rindu ku dengar berita kegelisahan yang diakibatkannya
Rindu ku dengar ketulusanmu bersuara

Tanpa takut kau hadapi semua
Dimana-mana kau bersuara
Menggugah gairah maju bersama
Tiada takutmu ku yakin itu

Bagaimana kabarmu di sana?

Kini, ku cuma bisa meniru sekelumit hidupmu
Ku harap yang lain bisa sisanya
Terimakasihku atas nilai yang kau wariskan
Yakin ku takkan sirna sampai indah tercipta



*untuk sastrawan yang dihilangkan kekuasaan









Wuedaan!!!

Sudah makin edan..., 
Semua mau jadi pejabat
Mau memimpin
Dengan modal 'tenar'
Aduuuuh... Biyuuuung... Biyuuung... 
Tambah hancur nanti kau bikin!!! 


Itu???

Tuing... @#%*



*teringat pilkada

Kelabu

Kelabu di tanah Mu Tuhan,
Karena 'kami' yang serakah menghisap darah
Tanpa sisakan asa di raga mereka
Untuk mau 'hidup' dan bekerja

Kelabu di tanah Mu Tuhan, 
Dengan mayat-mayat hidup di tepian jalan
Mata kosong meminta belas kasihan 
Karena 'kami' yang cinta diri



Jumat, 03 April 2015

Aku

Biarkan ku selalu hadir dihatimu
Mengisi ruang kosong yang terdalam
Dan ingin selalu begitu
Walau hanya sukma tersisa


Galau lagi... Huh...

Suaramu seperti candu
Memanggil tuk selalu denganmu
Seperti biasa hanya kau dan aku
Walau di keramaian, hati kita bergandengan

Saling merasuki jiwa
Jiwaku, jiwamu, kita...
Mabuk bersama di pinggir telaga
Bersama sejuk angin dan hangat mentari

Ini aku bukan kamu

Ntah kapan semua ini mereda
Kegelisahan yang terus berkecamuk
Menggeliat kesana dan kemari
Sepertinya tak kan pernah mati





Sepi

Cuma tokek yang bersuara

Kamis, 02 April 2015

Ga nyaman

Bising sekali di sini
Peradaban?

Rindu

Padamu aku rindu,
Biarlah kasir-kasir ini jadi saksinya
Atas kegelisahan yang terus geliatkan jiwa
Atas semua ronta hati yang tak kunjung henti

Padamu aku rindu,  
qwerty ini juga saksi
Melukiskan bisikan-bisikan kata
Yang ku ingin selalu kamu baca

Edelweis

Ku titip rasa ini di hatimu
Dan jika ku kembali
Rindu kita yang bercerita

Angin

Terlarutku oleh sang bayu
Yang coba menghiburku

Susu

Selalu bikin pusing
Dari yang belum bicara
Sampai mereka penghitung sisa usia

Untuk harga bisa relatif
Bisa muahaaaal sekali
Bahkan tak terbeli
Atau bahkan tercecer kemana-mana

Ini penting, apapun jenisnya, ini penting...
Kadang tergantung kemasan
Atau justru tidak butuh merk
Yang penting nyusu


Cerita

Tangis bayimu masih terdengar
Walau sayup ku yakin itu
Apakah dia rindu susumu
Atau karena kosong dapurmu

Dari sini pun ku dengar
Tawa-tawa sang jawara
Bersama suara-suara manja
Suara pesta pora

Hiruk pikuk sekali disana
Tawa-tawa tak tutupi pilu yang pasti ada

Doa ku untuk anakmu
Jangan ia seperti mereka
Berpesta karena derita

Home cluster

Dari pesawat ku melihat
Kapling-kapling tanahmu yang siap di garap
Yang kau tukar dengan pisang goreng
Di sana telah siap tiang-tiang pancang keangkuhan

Film

Telah ku rekam semua 
Dengan kamera canggih super top
Keindahan maha karya Sang Esa
Yang akan selalu ku putar kembali
Di saat-saat sepi
Di saat-saat ku menanti
Akan selalu ku putar kembali
Tentang gambaran indah
Dan suara yang selalu ku rindu

Pintaku

Ku ingin kau selalu baik,
Tidak tahan ku tinggal kamu
Ingin bergegas ku kembali
Tatap kejujuran tak terucap
Inginku tetap ada walau hari terganti

Harapku kau selalu baik,
Lakukan saja yang pernah ku ucap
Jangan kamu nakal atau langgar
Ku ingin kau selalu baik

Seperti kemarin,
Saat kau beri senyum
Saat genggam jemari ini
Dengan tulus dan lugu
Ku ingin kau selalu baik

Satu pintaku saat ini
Dan berjanjilah untuk itu
Kau akan selalu baik




Rabu, 01 April 2015

Munafik ku

Aku harap engkau baik di sana
Tepiskan aku sejenak
Hibur hatimu yang sempat tersayat

Aku harap kau istirahat sejenak
Dari beban yang berputar di semua saraf otak
Ikuti lah nyanyian batin mu
Buat kau nyaman jauh dariku

Cukuplah aku yang merasa
Akibat dari semua kenangan kita 

Di ruang tunggu

Di penantian ini aku tersiksa
Oleh semua kenangan yang ingin ku ulang
Tentang semua gambar indah
Yang bergerak meliuk indah

Semua merasuk begitu rupa
Tanpa terasa kian berada
Mengisi tiap rongga kosong
Memenuhinya dengan harapan

Sesuatu yang tidak seharusnya jadi harapan
Bisakah akan sirna begitu saja
Semua yang selalu ku nanti hingga kini
Sambil terpejam ku tetap menanti