Rabu, 18 Februari 2009

payaah!!!

Satu hal yang membuatku sedih.
Pembangunan kini tidak berimbang.
Gedung pencakar langit berbanding pohon tauge.
Banjir kanal berbanding nyaris tenggelam.
Bus way dan patas gurita.
Taman kota lawan hypermarket.
Perumahan mewah di samping pemukiman kumuh tidak sehat.

peringatan hijau

Sekali aku ke tanah Palembang, aku kecewa.
Jalan hancur
Tanah gersang musim panas
Debu-debu tebal menempel di muka.

Harap sejuk menerpa sirna.
Hanya hamparan ladang ubikayu tak berujung.
Hutan harapan tak kunjung sua.

Amboi saudaraku rakyat Sumatra.
Aku menyapamu dari kegersangan Jakarta di musim panas.
Dari tempat yang nyaris tenggelam di musim hujan.
Selamatkan negerimu!!!

jakarta pikirkanlah..!

Jakarta aku mau bertanya!
Mengapa kini kau beri kami bencana?
Banjir di mana-mana.
Sengatan surya membuat durhaka, dengan sungutan kaum tersiksa.

Jakarta aku mau bertanya!
Siapa pembunuh si manis rapiah* di desa kami?
Kecapi tinggi tinggal kenangan.
Jamblang hanya diam.
Karena itukah kesejukanmu hilang?
Kini tak ada rerimbunan tuk berteduh.
Semilir angin membawa panas bara.

Jakarta aku mau bertanya!
Apakah asap beracun selimut kotamu bisa hilang?
Sanak famili kami mati karenanya.
Tertikam tanpa sadar.

Jakarta aku mau bertanya!
Bisakah kita mulai lagi?
Sebuah awal baru.
Peradaban hijau tanpa bencana.


*jenis rambutan