Senin, 21 Desember 2009

eh, biasa aja dong!!!

jangan kau bilang di sini tak beradab
saat perempuan-perempuan harus mandi di tempat terbuka
saat bocah-bocah buang hajat di depan mukamu
saat sapi-sapi menghadang jalanmu
saat genangan air kotor muncrat hajar mukamu
saat mereka menghujat-hujat dirimu

biarlah itu semua terjadi atas dirimu
wahai, raja-raja yang tak kenal hambanya
untuk kau pejabat-pejabat yang melintas desa 5 tahun sekali
untukmu yang kadang lintasi wilayah kami dengan 4 rodamu itu

mimpi-mimpi

saat mentari terbit
biarkan mereka berlari
saat siang menjelang
biarkan mereka menjadi riang
susah mereka adalah susah kita
saat semua ada
biarlah ceria bekerja
dalam sebuah sukacita
untuk surga di dunia

Selasa, 15 Desember 2009

salena

ibu,
kami tak jauh darimu
kami di sini di samping mu
tapi kami ngeri di sini
cahaya mu tak sampai menyelimutku

Rabu, 22 Juli 2009

simalakama

pilih salah
tak pilih salah
salah pilih
pilih tak salah

salah tak pilih

Senin, 08 Juni 2009

jangan pergi ke kota

pasir putihmu terhampar menggoda hati
nyiur berdansa terhembus angin
seperti apa surga jika di sini segarkan jiwa

asal jangan kau pergi ke kota

hijau di sini tak mungkin terlupa
senyuman konde pun begitu lepas
seperti apa surga jika di sini begitu ceria

asal jangan kau pergi ke kota

hajar

berhentilah menangis
tangisanmu buat aku merinding

jika lapar diamlah
baru itu yang kita bisa

jika kau susah, sudahlah
jika memang harus begitu

simpan dulu pedang mu itu
sarungkan rencongmu, keris mu, klewang, clurit
bukan senjata itu yang kita butuhkan sekarang

jika nanti tiba
kita brangus mereka semua

suratku

senyuman khas itu kembali terlihat
saat anak durhaka ini pulang ke rumah
saat kembali jumpa di sana

Kau telah jalani puluhan tahun terberatmu
Lebih dari sekedar usiaku Ibu
Lebih dari apapun yang aku alami

bergembiralah
tak usah kau bebani dirimu lagi
dengan diriku atau lainnya

senang adalah saat mu sekarang
bergembiralah maka aku pun bahagia

suratku

berisik bantalan rel masih terdengar keras di pemukiman itu
bergemuruh memekakkan telinga muka-muka penghuninya

keruh air masih menjadi sumber kehidupan di pelosok negeri
bagi lambung-lambung yang kian terkontaminasi olehnya

asap hitam masih menyesakkan dada
bagi insan-insan yang menjadi penghuninya

Jangan kau salahkan Tuhan saudara
Jangan kau salahkan nasib saudara
Pun jangan kau dustai hatimu saudara...

betapa engkau mengerti kerasnya negeri mimpi ini
betapa kau tertipu berulang kali olehnya
betapa sedih hati, melihat buah hati mati karenanya

jangan pula kau lemah karenanya
jangan pula kau sedih karenanya
jangan sampai saudara...

itulah tugas kita sebagai manusia
berperanlah...
peran kita sangat dibutuhkan saudara..

Sabtu, 18 April 2009

ayah

Aku masih ingat, ketika aku menemukan sebuah gambar tentang dirimu, di lemari tua di rumah kita dahulu.
Aku tercengang kala itu. Melihat kau melakukan kerja keras demi kami, keluargamu.
Peluh tak jua masalah, kau hadapi hari-harimu yang keras.
Tak pernah keluh kesah pekerjaanmu sampai menyentuh telinga kami.
Setelah ku sadar, penyesalan tak kunjung henti karena tak pernah mengerti.
Kini hanya janji terucap di hati.
Demi keringat mu yang telas deras menetes, akan ku buat kau bangga setiap saat.

Jumat, 27 Maret 2009

judul-judulan

Di sini ada setan..
Jaelangkung..
Gondoruwo ikut kampanye
Kuntilanak di simpang jalan
Tuyul minta jatah preman
Rayuan gombal babi ngepet
Pocong menang tender jembatan
Kisah sedih vampir saat patroli
Jaelangkung behind the scene
Terus apa?? Silahkan di bayangkan sendiri ya.. Masuki khayalan lalui kisah nyata.

bingung

Hehehe...
Aduh bingung

nasionalisme dan slogan

"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!!!"
Sekarang slogan itu juga dipakai oleh koruptor. Pada kompak korup semua satu kantor. Jadi semua kompak menutupi aib nya masing-masing yang sebenarnya sama.

"Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing."
Kalau yang ini tidak terlalu meresap dominan. Kalau udah ada tersangka, kemudian saling menuduh. Siapa yang benar???

"Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi." Sekarang sudah tidak ada pengaruhnya. Sekarang yang ada: "pedagang dilarang masuk!!!"

"Merdeka atau mati!!!" Sekarang kita masih dijajah. Yang mengerti cuma sedikit. Tapi memang dikondisikan seperti itu karena yang menjajah juga anak bangsa sendiri.

Lebih top lagi saat ini : ya iya laah, masa ya iya dong!!! Duren aja dibelah bukan di s*pong!!!

Kamis, 26 Maret 2009

pengertian

Hidup telah berjalan sekian lama di sini.
Berita suka dan duka memberi warna.
Senyuman, makian, bahkan pukulan terhebat pernah aku terima dari orang-orang sepertimu.

Kini, kau berubah begitu baik.
Kau begitu lembut.
Kau selalu tampilkan sikap-sikap bijaksana.
Sisi lain mu hilang dalam sekejap.

Kini kau adalah penghibur hati yang susah.
Pengumbar janji hidup ini mudah.
Tak peduli harapan orang lain yang tertipu.
Sungguh berbeda dengan masa lalumu, penjajah!!!

Kini aku telah dewasa, tak ampuh muslihatmu terhadapku.
Terhadap saudara dan teman-temanku.
Atau kami yang akan meluluhlantakkan duniamu.

Rabu, 18 Februari 2009

payaah!!!

Satu hal yang membuatku sedih.
Pembangunan kini tidak berimbang.
Gedung pencakar langit berbanding pohon tauge.
Banjir kanal berbanding nyaris tenggelam.
Bus way dan patas gurita.
Taman kota lawan hypermarket.
Perumahan mewah di samping pemukiman kumuh tidak sehat.

peringatan hijau

Sekali aku ke tanah Palembang, aku kecewa.
Jalan hancur
Tanah gersang musim panas
Debu-debu tebal menempel di muka.

Harap sejuk menerpa sirna.
Hanya hamparan ladang ubikayu tak berujung.
Hutan harapan tak kunjung sua.

Amboi saudaraku rakyat Sumatra.
Aku menyapamu dari kegersangan Jakarta di musim panas.
Dari tempat yang nyaris tenggelam di musim hujan.
Selamatkan negerimu!!!

jakarta pikirkanlah..!

Jakarta aku mau bertanya!
Mengapa kini kau beri kami bencana?
Banjir di mana-mana.
Sengatan surya membuat durhaka, dengan sungutan kaum tersiksa.

Jakarta aku mau bertanya!
Siapa pembunuh si manis rapiah* di desa kami?
Kecapi tinggi tinggal kenangan.
Jamblang hanya diam.
Karena itukah kesejukanmu hilang?
Kini tak ada rerimbunan tuk berteduh.
Semilir angin membawa panas bara.

Jakarta aku mau bertanya!
Apakah asap beracun selimut kotamu bisa hilang?
Sanak famili kami mati karenanya.
Tertikam tanpa sadar.

Jakarta aku mau bertanya!
Bisakah kita mulai lagi?
Sebuah awal baru.
Peradaban hijau tanpa bencana.


*jenis rambutan

Jumat, 16 Januari 2009

apa judulnya?

Kalau yang namanya pembangunan ternyata lebih merusak.
Kalau yang namanya reformasi makin banyak korupsi.
Kalau teknologi cuma jadi konsumsi.
Kalau pengeluaran lebih besar daripada pendapatan padahal seharusnya pendapatan kita lebih dari yang dilaporkan kemudian tidak ada yang dilaporkan untuk hal ini, apa judulnya???

pitung

Coba Abang masih idup,
Pasti orang-orang betawi belon pade di gusurin
Dulu waktu Abang idup,
Cuman sedikit orang kaya Abang yang berani ngelawan kompeni
Waktu Abang masih idup,
Masih banyak anak mude yang belajar ngaji
Bang, pu'un asem, melinjo ame sawo di belakang rumah juga udah ditebang.
Di situ mo dibangun toko.
Panas Bang sekarang di Betawi. Bang, aye pengen kaya dulu lagi Bang...

Rabu, 14 Januari 2009

temaaan

hallo, lama tak bersua.
Apa kau masih cinta?
Dengan segala kebejatan kita terhadap sang raja.
Apa kau masih suka menangis? Jika teringat saat-saat kau di monon tentara.
Apa kau masih tertawa?
Saat melihat anak raja dikebiri kelaminnya.
Apa kau masih dendam?
Teringat anjing gembala raja yang liurnya menetesi pakaian baru buatan ibunda.
Apa kau akan diam?
Sadar bahaya kian mendekat.
Teman-teman...

pesan untuk raja

Saya pesan :
1. Perbaiki saluran air di kota ini. Bau ompol anak buah mu mulai meracuni kota.
2. Jual semua kuda besi istana yang buat kota semrawut dengan kotorannya ke luar negri, atau setidaknya hibahkan ke daerah miskin yang lain.
3. Hentikan pembakaran kemenyan dan sesajen untuk setan-setan yang menjadi anak buah mu. Kini kian memberi polusi.
4. Usir semua utusan negara lain yang meracuni warga kita dengan produk-produknya. Suka bikin gila.
5. 1 gelas besar es teh manis dengan gula lokal dari klaten.


Anda mau pesan apa Pak? Tidak usah saja ya. Kerjakan pesanan saya dulu.

aku dalam peristiwa peradaban batavia

Aku, berdiri dikelilingi bata-bata yang tersusun tinggi berlapis semen putih dan kilap keramik yang dikelilingi lagi oleh rendaman air yang menyiksa warga batavia karena peradabannya.